Mastering Hipnosis (Part 1) – Memilih Subjek, Tes Sugesti, Kegagalan

Home » Hypnosis » Mastering Hipnosis (Part 1) – Memilih Subjek, Tes Sugesti, Kegagalan

Mastering Hipnosis (Part 1) – Memilih Subjek, Tes Sugesti, Kegagalan

Mempelajari seluk beluk / mastering hipnosis tentu menjadi hal yang sangat menarik bagi para penggiat keilmuan yang satu ini. Seperti saya misalnya, melakukan eksplorasi tentang dunia hipnosis selama lebih dari 11 tahun.

Banyak hal-hal menarik yang akan dijumpai saat kita terus konsisten dalam mempraktekkan hipnosis. Di dalam artikel kali ini contohnya, Anda akan menjumpai poin-poin penting tentang apa saja hal-hal penting terkatit mempraktekkan hipnosis. Yang mana ini semua saya dapatkan dari proses belajar, praktek dan mengajarkan hipnosis selama ini.

Dan inilah 10 hal penting yang wajib Anda ketahui dalam mempraktekkan hipnosis :

CARA MEMILIH SUBYEK UNTUK MASTERING HIPNOSIS

Hipnosis merupakan suatu bentuk “kerja sama” antara seorang hipnotis dengan subyek. Dikatakan “kerja sama” karena memang melibatkan usaha dari kedua belah pihak agar hipnosis dapat bekerja secara optimal.

Seorang yang sudah mastering hipnosis perlu terampil dalam memilih subyek yang masuk dalam kategori sugestifitas sedang dan tinggi. Untuk dapat mengetahui derajat sugestifitas dari subyek, tentu seorang hipnotis perlu melakukan tes sugestifitas. Hal ini dibutuhkan agar setiap mempraktekkan hipnosis, seorang hipnotis selalu berhasil untuk membuat subyek masuk dalam kondisi trans.

Lalu bagaimana dengan subyek yang memiliki kategori sugestifitas yang buruk? Untuk di awal, subyek dengan kategori sugestifitas yang buruk dapat diabaikan untuk sementara. Mengapa demikian? Seorang hipnotis perlu mendapatkan “euphoria” dan juga kepuasan saat berhasil melakukan hipnosis. Perasaan inilah yang akan menjadi motivasi bagi praktisi mastering hipnosis agar mau untuk terus mempraktekkan hipnosis dari hari ke hari.

Banyak hipnotis yang merasa tertekan dan frustasi bila sering menjumpai kegagalan dalam kegiatan hipnosis. Itulah sebabnya untuk di awal masa pembelajaran, seorang hipnotis mempraktekkan kemampuannya pada subyek dengan sugestifitas yang sedang dan baik saja.

Setelah dirasa cukup dengan pengalaman melakukan hipnosis ke berbagai subyek dengan kategori sugestifitas sedang dan mudah, maka tiba bagi saatnya seoarang hipnotis untuk meningkatkan tantangannya yaitu berhadapan dengan subyek yang masuk dalam kategori sugestifitas rendah atau susah.

Orang yang memiliki sugestifitas renda bukan berarti tidak bisa dihipnosis, perlu pendekatan, waktu dan teknik-teknik khusus untuk dapat berhasil menaklukan subyek dengan kategori ini.

CATATAN PENTING :

Melakukan tes sugestifitas wajib dilakukan agar seorang hipnotis pemula dapat mengenali tipe sugestifitas pada diri subyek, jangan pernah meremehkan tes sugestifitas. Karena ini “senjata” utama Anda untuk menghadapi subyek dan mendapatkan keberhasilan dalam mempraktekkan materi mastering hipnosis ini.

MENGEMAS TES SUGESTIFITAS.

Salah satu kesalahan umum yang sering terjadi pada seorang hipnotis dalam melakukan tes sugestifitas adalah dengan mengatakan “saya tes dulu ya…”. Dengan mengatakan hal ini akan membuat subyek merasa dirinya akan diuji dan sangat memungkinkan munculnya resistensi atau penolakan. Pikiran kritis subyek akan menjadi lebih aktif, sehingga akan membuat sugesti-sugesti yang diberikan hipnotis menjadi lebih dianalisa.

Anda cukup mengemas kegiatan tes sugestifitas dalam mastering hipnosis dengan contoh skrip seperti ini,

“Setiap orang punya kemampuan dalam berimajinasi atau berfantasi, dan Saya melihat Anda termasuk orang yang memiliki kemampuan imajinasi yang sangat bagus. Yang Saya tahu, orang dengan kemampuan imajinasi yang bagus otomatis juga punya kreatifitas yang luar biasa, dan kebanyakan orang yang sukses memiliki hal ini dalam dirinya. Sekarang kita cari tahu seberapa kreatif pikiran Anda untuk berimajiasi, karena semakin kreatif pikiran Anda maka hal ini dapat mengantarkan Anda pada pintu kesuksesan.”

Dari contoh skrip di atas, pada dasarnya Anda sudah melakukan sugesti tidak langsung dengan memberikan label pada subyek bahwa ia termasuk orang yang imajinatif dan kreatif, terlebih lagi dikuatkan dengan kalimat “orang dengan kemampuan imajinasi yang bagus otomatis juga punya kreatifitas yang luar biasa, dan kebanyakan orang yang sukses memiliki hal ini dalam dirinya.”. Kalimat ini akan membuat pikiran bawah sadar menjadi lemah dan mendorong pikiran bawah sadarnya untuk menjadi lebih aktif.

Setelah Anda menggunakan contoh skrip ini, maka Anda dapat memilih dari berbagai teknik tes sugestifitas yang sudah pernah Anda pelajari sebelumnya.

CATATAN PENTING :

Pada dasarnya selain digunakan untuk mengetahui tingkat sugestifitas subyek, tes sugestifitas dapat dikemas dengan cara yang fun dan menarik sesuai dengan kreatifitas Anda. Karena disaat Anda berhasil melakukan tes sugestifitas artinya subyek sudah masuk dalam kondisi trans. Dan sugesti yang Anda berikan juga sepenuhnya masuk ke dalam pikiran bawah sadar subyek sampai menjadi realita di dalam dirinya. Tes sugestifitas yang berhasil juga dapat menjadi tontonan yang menarik bagi orang-orang yang ada disekitar Anda, menjadi tontonan yang menghibur. Semua akan kembali pada kreatifitas dan kemampuan entertaining Anda.

MENGHADAPI “KEGAGALAN” HIPNOSIS

Dalam mempraktekkan mastering hipnosis, biasanya seorang pernah menjumpai “gagal” dalam membuat subyek untuk masuk dalam kondisi trans. Hal ini akan disikapi berbeda-beda bagi setiap praktisi hipnosis. Ada yang stress, frustasi sampai patah semangat. Ada juga yang justru ingin mencari tahu apa yang menjadi sebab-sebab kegagalannya. Memang mentalitas seorang hipnotis akan diuji disini.

Sekarang Anda tidak perlu cemas lagi saat Anda menjumpai “kegagalan” dalam sesi mastering hipnosis yang Anda lakukan! Cukup dengan menggunakan cara ini, maka Anda akan mendapatkan kembali rasa percaya diri Anda dan subyek tidak akan kehilangan rasa percayanya kepada Anda sebagai seorang hipnotis.

Ada dua hal yang wajib diketahui dalam menghadapi “kegagalan” hipnosis, yang pertama adalah saat “gagal” Anda tahu apa yang harus Anda sampaikan kepada subyek dan yang kedua adalah saat Anda berhasil melakukan hipnosis, Anda juga harus tahu apa yang Anda sampaikan kepada subyek.

Penjelasannya begini, ketika Anda memberikan sugesti hipnosis kepada subyek (untuk kepentingan apapun) namun ternyata sugesti tersebut tidak bekerja sesuai dengan harapan Anda. Maka Anda dapat mengatakan, “sepertinya Anda kurang fokus, coba lebih dikuatkan lagi fokusnya.” Dengan mengatakan hal ini, maka seolah-olah yang bermasalah adalah diri subyek, bukan Anda.

Yang berikutnya, di saat Anda berhasil melakukan sugesti maka Anda dapat mengatakan, “inilah kekuatan pikiran manusia yang luar biasa, keren kan?”

Jadi sebagai seorang hipnotis, Anda perlu tahu apa yang harus Anda katakana saat berhasil dan tahu apa yang harus Anda katakan ketika gagal. Mungkin ini lebih keren bila disebut dengan teknik ngeles! Ya karena seorang hipnotis perlu “cerdas” dalam menghadapi fenomena seperti ini.

CATATAN PENTING :

Metode ini saya dapatkan dari guru saya, almarhum Yan Nurindra yang merupakan Bapak Hipnotis & Hipnoterapi Indonesia. Dan juga sosok yang mempopulerkan pelatihan / mastering hipnosis dan hipnoterapi dalam lingkup public. Dalam pembahasan ini, beliau menyampaikan dalam bahasa yang lebih sederhana yang kurang lebih begini, “Menjadi seorang master hipnotis itu kuncinya cuma dua, ketika dia gagal dia tahu ngomong apa dan ketika dia berhasil dia tahu ngomong apa!”.

MASTERING HIPNOSIS MENGHADAPI RESISTENSI

Tidak jarang dalam kegiatan hipnosis yang kita lakukan akan menemukan subyek yang resisten atau menolak untuk dihipnosis. Memang pada dasarnya subyek dengan tipe seperti ini lebih baik dihindari bagi praktisi mastering hipnosis pemula, karena memang perlu pendekatan dan teknik khusus.

Dalam pembahasan kali ini memang sengaja saya sampaikan tips dan trick seperti ini agar Anda nantinya dapat mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang cara menghadapi subyek yang resisten.

Perlu diketahui, ada beberapa penyebab subyek menjadi resisten atau menolak untuk dihipnosis. Dari pengalaman saya selama lebih dari 11 tahun sampai buku ini tercetak dan terbit, ini beberapa penyebabnya :

  • Subyek tidak memahami hipnosis secara utuh dan yang sebenarnya.
  • Adanya ketakutan karena miskonsepsi (salah pemahaman) tentang proses dan keadaan dirinya saat dihipnosis (takut hilang kendali, tidak sadar, aib dapat terbongkar, dsb.) yang akhirnya membuat dirinya merasa terancam, tidak aman dan tidak nyaman.
  • Subyek masih berpikir secara aktif sehingga sugesti yang diberikan masih terlalu dianalisa.
  • Subyek tidak memahami sugesti yang diberikan, ini bisa karena diksi (pilihan kata) yang dipakai oleh hipnotis atau karena faktor si subyek dalam pemahaman bahasa (linguistic).
  • Keadaan mood atau emosional subyek yang belum siap untuk dilakukan proses mastering hipnosis.
  • Keadaan lingkungan yang kurang mendukung subyek dapat memasuki kondisi trans.
  • Subyek tidak memercayai kemampuan atau kredibilitas Anda sebagai praktisi mastering hipnosis.
  • Sugesti yang Anda berikan bertentangan dengan nilai-nilai atau keyakinan yang dipegang oleh subyek.

Tentunya masih ada banyak yang lain, namun saya rasa ini cukup mewakili dari berbagai penyebab subyek menjadi resisten terhadap hipnosis.

Nah sekarang masuk dalam pembahasan inti tentang cara menghadapi subyek yang resisten, pastikan Anda perhatikan 6 poin penting ini :

  1. Pastikan subyek merasa aman dan nyaman dengan diri Anda. Tanpa adanya rasa aman dan nyaman ini maka subyek tidak akan percaya dengan apa yang akan Anda lakukan pada subyek nantinya. Gunakan cerita-cerita ringan atau mungkin humor sebagai pembuka untuk membuat subyek berada dalam keadaan mental yang siap untuk dilakukan proses hipnosis.
  2. Pastikan Anda memberikan penjelasan yang lengkap dan benar terkait dengan segala hal yang berhubungan dengan hipnosis. Mulai dari proses, tujuan, keadaan hipnosis yang akan subyek alami, dan lain-lain. Jika masih ada tanda tanya dan keraguan pada diri subyek, maka dapat dipastikan resistensi masih dapat muncul.
  3. Hindari diksi (pilihan kata) yang tidak dipahami oleh subyek, gunakan kata-kata yang sederhana yang mudah dimengerti oleh subyek. Ingat bahwa keberhasilan hipnosis itu juga diperoleh dari komunikasi yang berhasil, sedangkan komunikasi yang berhasil adalah pada saat subyek memahami maksud dari apa yang kita sampaikan. Selain itu, hindari diksi yang dapat memicu trauma atau ketakutan pada diri subyek.
  4. Jangan terlalu berambisi untuk “membuat mainan” subyek dalam permainan-permainan hipnosis. Karena bisa jadi sugesti-sugesti yang Anda berikan untuknya bertentangan dengan nilai-nilai yang ia pegang. Bermainlah dengan permainan yang sederhana dulu, yang tidak “mengancam” keselamatan harga diri dan martabat subyek.
  5. Perhatikan kondisi lingkungan sekitar disaat Anda akan mempraktekkan hipnosis, bisa jadi karena faktor eksternal ini subyek mengalami berbagai macam gangguan yang dapat memecah fokusnya. Atau bisa juga subyek merasa kurang nyaman bila dilakukan hipnosis pada kondisi lingkungan pada saat itu. Kecuali jika Anda memang sudah mahir dalam melakukan utilisasi (memanfaatkan) kondisi apapun sebagai sarana untuk membawa subyek masuk dalam keadaan trans.
  6. Pastikan Anda melatih hypnotic power dalam diri Anda, yaitu suatu “energi” yang “dibaca” oleh subyek yang terpancar dari postur, gestur dan juga kepiawaiannya Anda dalam mengolah sugesti.

CATATAN PENTING :

Percayalah, tidak ada orang yang tidak bisa dihipnosis. Semua orang dapat dihipnosis. Tanamkan prinsip bahwa keberhasilan hipnosis tidak dinilai dari seberapa cepat Anda dapat membuat subyek masuk dalam kondisi trans. Melainkan seberapa tepat Anda memandu subyek untuk masuk dalam kondisi trans. Proses Mastering hipnosis bukan sekedar tentang kecepatan, tetapi ketepatan!

Bagian Berikutnya, Akan dibahas mengenai Kondisi Trans.

Idrus putra

Konsultasikan kebutuhan training Anda sekarang. Bersama Ahlinya, setiap perubahan pasti lebih mudah dilakukan.